Ada pepatah berbunyi,"Menuntut ilmu di waktu kecil itu seperti meraut di atas batu (sulit dilakukan tapi membekas dan tidak mudah hilang/lupa), dan saat dewasa bagaikan melukis di atas air (mudah dilakukan akan tetapi cepat hilang/mudah lupa)." Yupz memang benar, dan saya merasakan. Akan tetapi tidaklah menyenangkan apabila menyerah begitu saja pada kenyataan, karena sebenarnya kita masih bisa berusaha "mengakalinya" dengan cara menjadikan air itu menjadi es, jadi kita menjadi mengukir di atas es. Ya tidak mudah menjadikan air menjadi es, butuh "force" atau usaha extra. Dan sayapun sadar itu juga sebenarnya tidak seawet ukiran di atas batu. Tapi setidaknya paling tidak kita masih bisa mengusahakannya dan tidak menyerah pada keadaan. It is better to keep trying than passive and do nothing.
Sunday, 19 October 2014
Meraut di atas Batu, Melukis di atas Air, dan Mengukir di atas Es
Ada pepatah berbunyi,"Menuntut ilmu di waktu kecil itu seperti meraut di atas batu (sulit dilakukan tapi membekas dan tidak mudah hilang/lupa), dan saat dewasa bagaikan melukis di atas air (mudah dilakukan akan tetapi cepat hilang/mudah lupa)." Yupz memang benar, dan saya merasakan. Akan tetapi tidaklah menyenangkan apabila menyerah begitu saja pada kenyataan, karena sebenarnya kita masih bisa berusaha "mengakalinya" dengan cara menjadikan air itu menjadi es, jadi kita menjadi mengukir di atas es. Ya tidak mudah menjadikan air menjadi es, butuh "force" atau usaha extra. Dan sayapun sadar itu juga sebenarnya tidak seawet ukiran di atas batu. Tapi setidaknya paling tidak kita masih bisa mengusahakannya dan tidak menyerah pada keadaan. It is better to keep trying than passive and do nothing.
Wednesday, 2 April 2014
Ilmu Yang Kudapat Dari Proses Pendakian
Kala itu saya dan teman saya melakukan ekspedisi pendakian di Gunung Lawu Jawa
Timur, dengan niat untuk refreshing dan melatih ketahanan fisik sebelum
memasuki bulan puasa, sekalian kalo buat saya tentunya pengen untuk refreshing dan melepas
penat setelah menjalani suatu proses tahapan lomba yang cukup menyita
waktu, pikiran, dan tenaga saya. Bahkan lomba tersebut juga sempat memang
menunda waktu kelulusan saya juga hha. Akan tetapi setelah saya renungkan ternyata memang benar bahwa jalan yang saya tempuh ini merupakan jalan yang
terbaik dari skenario-Nya. Mirip seperti halnya ilmu yang saya
dapatkan dari pendakian :
Bagi para pendaki untuk mencapai puncak atau
sebuah tujuan membutuhkan proses yang tidak instant. Mereka harus memulainya dari
suatu langkah kecil berkesinambungan step by step. Pada proses langkah
awal tentu terasa sangat berat hal ini disebabkan tubuh kita perlu
ber-aklimatisasi dengan kondisi sekitar, begitu pula dengan kita untuk
mencapai sebuah tujuan yang kita inginkan tentu wajarlah kita akan
menemui kesusahan dan merasa berat di awal, tapi yakinlah hal ini hanya
proses aklimatisasi (adaptasi) sesaat saja.
Apabila proses tersebut
sudah terlewati maka, terasa ringanlah kita dalam berjalan menempuhnya. Ringan pun belum tentu mudah, karena tidak bisa dipungkiri bahwa halangan, rintangan, dan medan terjal selalu membayangi proses dalam pendakian, tapi hal ini tak apa karena justru disitulah nikmatnya tantangan
dalam proses pendakian (perjalanan hidup) ini.
Dalam proses pendakian yang saya lakukan kala itu, saya belajar tentang arti kepedulian dan persahabatan. Salah seorang teman saya waktu itu terserang hypothermia saat hampir mencapai pos 4 sehingga kami satu tim pun bergegas menolong dan menghangatkannya dan memutuskan untuk istirahat sembari menunggu kondisi teman kita pulih. Tentu saja hal ini mengakibatkan target waktu awalnya yang sudah terplanning untuk nge-camp di puncak sebelum shubuh menjadi tergeser, demi menolong teman yang saat itu sedang kritis. Dari hal inilah saya pun mendapat
pelajaran bahwa memang kepedulian terhadap sesama itu sangatlah penting, bahkan hal ini dapat mengakibatkan penundaan untuk mencapai proses
mencapai puncak tersebut. Itulah yang menurutku yang membedakan suatu
pemimpin yang mungkin sering disebut dengan istilah "bos" dan "leader". Seorang "boss" hanya terlalu berorientasi pada targetnya tanpa memperdulikan kondisi sumber dayanya, sehingga sering kali membuat para bawahannya menjadi tertekan dalam proses pencapaian target. Berbeda halnya dengan typical seorang "Leader" yang mana dalam berorientasi pada target, dia tetap memperhitungkan kemampuan sumber dayanya. Jadi tidak jarang bagi seorang leader ikut turun tangan membantu permasalahan yang terjadi pada sumber dayanya (5M : Man, Machine, Money, Methods, Material) demi targetnya tetap tercapai secara keseluruhan. Karena seorang Leader pun sadar Kesuksesan yang sebenarnya itu bukan tentang keberhasilan secara individu akan tetapi lebih pada ketercapaian target secara bersama.
Yang perlu menjadi perhatian bagi para pendaki, maupun calon pendaki yaitu bahwa proses mencapai puncak tentunya
merupakan jalan yang panjang, yang mana membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mencapai puncak. Sehingga wajarlah kalo mungkin kita
beristirahat sejenak untuk memperhatikan kondisi sekitar kita,
rekan-rekan kita, dan mereview apa yang tlah kita lakukan selama ini.
Akan tetapi saya pun mendapatkan pelajaran bahwa dalam proses istirahat
kita pun tidak boleh trus-trusan (atau terlalu lama), sebab hal ini dapat menyebabkan kita
menjadi kedinginan dan menurunkan semangat, begitupula juga dengan
proses pencapaian kita, istirahat boleh tapi sewajarnya.
Hal selanjutnya yang membuat saya kagum yaitu, sikap keramahan dan saling membantu satu pendaki dengan pendaki yang lain. Hal ini mungkin
disebabkan mereka memiliki satu tujuan yang sama yaitu mencapai puncak,
oleh karena itu memang hal ini sepatutnya kita adaptasikan pada diri
kita. Bahwa selama kita memiliki tujuan yang sama maka marilah kita
saling membantu dan jangan saling menjatuhkan satu sama lain.
Kemudian sensasi yang benar-benar wah, dan memang hebat yaitu saat kita telah
mencapai puncak atau tujuan dari awal perjalanan kita ini. Sesuatu hal
sulit, susah, penat, luka, peluh, keringat, dan lelahnya, saat mencapai puncak
terbayarkan semuanya. Yang kita rasakan hanyalah senang, bahagia dan bergembira haha. Dan ternyata
di puncak pun, sebenarnya masih terdapat ilmu yang bagus lagi yaitu, tentu setelah
kita mencapai puncak kita dapat benar-benar mengetahui kondisi di bawah
sekitar kita. Hal ini tentunya menyadarkan kita bahwa kita yang
sudah mencapai puncak ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan mereka yang sedang di bawah. Karena saat kita berada di puncak, kita mampu menjadi lebih mengerti hal dan kondisi apa saja yang
sedang terjadi di kondisi di bawah kita sehingga seharusnya mampu berpikir secara menyeluruh dan lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan maupun tindakan.
Overall, Dari kesemua perjalanan
pendakian yang saya alami, saya sangat bersyukur sekali atas ilmu maupun pelajaran
yang dapat saya ambil, semoga dengan ilmu yang didapat ini dapat
membuat kita sadar akan pentingnya tekad yang kuat dalam mencapai
tujuan, kepedulian sesama baik terhadap sesama manusia maupun semua
makhluk hidup dan lingkungan yang ada, serta disini saya belajar tentang
apa itu "leadership" serta saya menjadi yakin bahwa proses berat yang
mungkin saya alami sekarang merupakan salah satu proses pencapaian dari
target yang ada. Dan saya yakin bahwa semua itu akan indah pada
waktunya, serta akan terbayarkan semuanya saat kita telah mencapai
puncak atau tujuan kita.. Aamiiiin.
"Now I see the secret of making the best person:
it is to grow in the open air,
and to eat and sleep with the earth."
(Walt Whitman)
it is to grow in the open air,
and to eat and sleep with the earth."
(Walt Whitman)
Subscribe to:
Posts (Atom)